Senin, 14 Februari 2011

Revolusi Mesir ‘Menular’ ke Yaman, Aljazair, dan Iran

Revolusi Mesir mulai menular ke beberapa negara lain. Dalam dua hari terakhir, gelombang demonstrasi menghangatkan Yaman, Aljazair, dan Iran, menuntut mundur penguasa. Di Yaman, misalnya, sekurangnya seribu orang berjalan menuju istana presiden di Kota Sanaa menuntut Presiden Ali Abdullah Saleh turun dari jabatan.

Sehari sebelumnya, demo yang diikuti sekitar 2.000 orang juga menggoyang Yaman. Tuntutan mereka sama, yakni Presiden Ali Abdullah Saleh turun dari jabatannya setelah berkuasa selama tiga dekade. “Kami ingin rezim jatuh. Revolusi di Yaman, setelah Revolusi Mesir,” teriak para demonstran. Dalam demo ini, bentrokan demonstran dengan polisi tak terelakkan. Puluhan pendemo ditangkap di Sanaa dan Kota Taiz.


Sebelumnya, Saleh pernah mengatakan akan meletakkan jabatannya pada 2013. Menurut pengakuan tokoh oposisi Mohammade Basindwa, Presiden Saleh mengundang oposisi berdialog membahas tuntutan mundur tersebut. “Oposisi tidak menolak undangan Presiden,” kata Basindwa, yang juga mantan Menteri Luar Negeri. Namun ia mensyaratkan pembahasan itu melibatkan pengamat dari negara-negara Barat dan kawasan Teluk.

Aksi protes juga merebak di Aljazair kemarin. Ribuan polisi dikerahkan memblokade jalan agar para demonstran agar tidak memasuki ibu kota negara. Mereka marah terhadap Presiden Abdelaziz Bouteflika, yang menangkapi para demonstran saat menyaksikan tergulingnya Presiden Mesir Husni Mubarak pada Jumat lalu. Saat menyaksikan tayangan tersebut, ribuan demonstran berteriak, “Bouteflika out!”

Dalam aksi protes kemarin, sebagian besar pendemo datang dari kelompok Islam radikal yang dilarang pemerintah pada 1990-an. Namun kelompok ini masih memiliki pengaruh kuat di masyarakat lapisan bawah.

Gelombang protes lainnya digelar sekitar 200 warga Aljazair di Montreal, Kanada, kemarin. “Kami ingin diktator Bouteflika dan rezimnya berakhir, diganti dengan demokrasi,” kata Zehira Houfani, penulis dan jurnalis independen.

Di Iran, para oposan menggelar demo untuk menentang penguasa di Bahrain dan Iran. Dalam pernyataan yang dimuat di Kaleme.com, mereka menuding pemerintah Iran munafik karena di satu sisi mendukung revolusi di Mesir, tapi di sisi lain melarang demo damai di negara tersebut. (tempointeraktif.com, 14/2/2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar