Kamis, 20 Januari 2011

KEPADA PENGUASA DIKTATOR DEMOKRASI : SAATNYA LENGSER SEBELUM DI LENGSERKAN.

Tergulingnya rezim diktator Tunisia Jenderal Zine El Abidine Ben Ali  dari kursi kekuasaannya pada hari sabtu (15/1), telah menjadi perbincangan hangat yang mewarnai media elekronik sperti TV, Radio, demikian juga situs-situs di seluruh dunia dan terutama di  Timur Tengah. Peristiwa tersebut tentunya memberikan sebuah tekanan sekaligus menimbulkan ketakutan-ketakutan kepada penguasa dictator negeri-negeri kaum Muslim lainnya yang selama ini menjalankan pemerintahannya dengan tangan besi, tangan mereka berlumuran darah dengan para pembela Islam demi melayani dan memuaskan para penjajah. 

Sebagaimana yang kita ketahui penguasa Tunisia melarang wanita Muslimah mengenakan jilbab di tempat umum. larangan itu telah diintensifkan; polisi akan menghentikan wanita di jalanan untuk memintanya menanggalkan jilbab itu lalu menandatangangi surat sumpah yang menyatakan bahwa mereka takkan mengenakannya lagi.


Belajar dari revolusi Tunisia sebagai puncak ekspresi Kejengkelan rakyat kepada Penguasa  yang selama ini menjalankan perannya sebagai pelayan Amerika serikat Dan Pada saat yang sama justru melakukan berbagai penindasan dan mengobarkan permusuhan terhadap islam dan kaum muslimin.  Telah melahirkan gelombang tuntutan yang sama dan  mulai menular ke negeri-negeri Muslim lainnya seperti Yaman, Mesir, Aljazair yang secara tegas meminta mereka untuk mundur.  Bahkan di Aljazair, seorang pria meninggal dunia setelah nekad membakar diri sebagai bentuk protes atas kenaikan harga pangan dan langkanya pekerjaan, hal yang sama yang menyebabkan kerusuhan dan penggulingan pemerintahan di Tunisia.

Di Yordania, lebih dari 5.000 orang bergabung unjuk rasa pada hari Jumat lalu untuk memprotes kenaikan harga dan permintaan pencopotan perdana menteri. Raja Abdullah II pekan lalu memerintahkan penurunan harga dan pajak pada beberapa makanan dan bahan bakar untuk membantu meringankan beban rakyat miskin.

 Di Kairo Para pengunjuk rasa mengejek Presiden Mesir Hosni Mubarak dan para aktivis serikat buruh di Yordania meneriakkan: "segera kita akan mengikuti Tunisia". Apa yang terjadi di Tunis memberi harapan bagi kita semua bahwa ketakutan bisa diuraikan dan kediktatoran dapat dikalahkan, dan slogan kecaman lainnya terhadap pemerintah Mubarak, yang telah memerintah selama tiga dekade.

Namun yang paling menarik kita cermati dalam aksi unjuk rasa di Tunisia untuk melengserkan penguasa diktator. Sebelum pawai dimulai pembicara utama mengingatkan orang-orang bahwa Rasulullah (s) memerintahkan Muslim untuk tidak merusak pohon bahkan dalam situasi perang dan bahwa tidak boleh mesrusak fasilitas umum, menyiratkan mereka dengan jelas menyerukan perjuangan non-kekerasan tapi perjuangan yang berbasis Ideologi Islam.  Beberapa slogan yang digunakan secara kasar dapat diterjemahkan sebagai: "Tidak ada jalan lain, tidak ada jalan lain! Khilafah adalah satu-satunya solusi ","! Khilafah! Khilafah! Khilafah ", dan"! Dengan jiwa kita, dengan darah kita, kita akan pengorbanan diri untuk Anda O Islam "jelas menyiratkan bahwa mereka siap untuk menghadapi kekuatan penuh aparat keamanan dengan kata-kata mereka dan keyakinan!. (http://www.hizb.org.uk)

Maka sesuatu hal yang sangat wajar ketika Ketakutan-ketakutan mulai menghantui para penguasa diktator Arab sebagaimana dilontarkan oleh Sekretaris Jenderal Liga Arab, Amir Moussa memperingatkan para pemimpin negara Arab bahwa mereka berisiko menghadapi kerusuhan yang sama seperti di Tunisia yang menyebabkan Presiden Tunisia, Ben Ali, terguling. Dia mengatakan kemarahan rakyat di Timur Tengah sudah mencapai puncaknya. "Hati dan jiwa Arab sudah hancur oleh kemiskinan, pengangguran dan resesi," katanya dalam pidato membuka konferensi tingkat tinggi Liga Arab di Sharm El -sheikh, Mesir, Rabu (19/1).  "Revolusi Tunisia tidak jauh dari kita," kata Amir Moussa kepada para peserta KTT, seperti dilaporkan wartawan BBC di Kairo, Jon Leyne. Dalam pidatonya, Sekjen Liga Arab juga menyerukan agar reformasi politik dan ekonomi berjalan seiring… (www.metrotvnews.com/2011/01/19)

Untuk itulah kepada siapa saja yang menginginkan sebuah kebaikan yaitu tatanan kehidupan yang Islami, maka saatnya untuk merapatkan barisan dan menyingkirkan ketakutan-ketakutan serta rasa pesimisme terhadap kokohnya tembok pertahanan rezim diktator demokrasi yang ada. Bahwa ketika umat bersatu dan menginginkan sebuah perubahan dalam bentuk Khilafah dan bersepakat untuk  mencampakkan rezim dan sistem yang ada, maka pada titik inilah para penguasa diktator demokrasi dengan mudah di lengserkan.  Wallahu a’lam bi ash-shawab.
(Oleh Alex Saifullah, BKLDK Sul-Selbar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar