Kamis, 13 Januari 2011

AKANKAH KASUS GAYUS BERAKHIR DI UJUNG BARTER?

Untuk  kesekian kalinya publik di hebohkan oleh seorang mahkluk yang bernama Gayus Halomoan Tambunan, tersangka mafia pajak. Sebagaimana kita ketahui , Bukannya meringkuk dalam sel, sosok mantan pegawai Ditjen Pajak itu kedapatan sedang asik menonton Commonwealth Bank Tournament of Champions di Nusa Dua, Bali, beberapa waktu lalu.  Bahkan, Sebelum pelesir ke Bali, Gayus juga pelesir ke Macau dan Kuala Lumpur. Dia menggunakan nama samaran 'Sonny Laksono' . (http://detiknews.com/read/2011/01/04/) . Kini ada lagi foto-foto Gayus berlibur di luar negeri. Foto yang beredar di forum online Kaskus itu disebutkan diambil di Thailand. Bahkan Bambang Soesatyo berpendapat Satgas PMH dan juga publik sudah mencatat, sejak masuk tahanan 26 Juni 2010 hingga 4 November 2010, Gayus HP Tambunan tercatat 68 kali keluar masuk tahanan. "Kemana saja Gayus Tambunan pergi dan apa saja yang dilakukannya, pasti bisa didapatkan Satgas PMH langsung dari mulut Gayus pada periode November 2010," ujarnya. (www.indonesiaheadlines.com).
Tentunya yang menjadi pertanyaan adalah kenapa Gayus begitu mudahnya keluar-masuk penjara? Kabareskrim Mabes Polri KomJen Polisi, Ito Sumardi menduga ada yang membiayai dan bermain di balik pelesiran Gayus. Kabareskrim telah mengantongi informasi soal tokoh yang telah memberi modal Gayus. Namun baru akan diungkapkan setelah didukung bukti-bukti yang kuat. "Yang jelas ada orang yang membiayai dia selama dia di tahanan, tapi ini harus kita cek dulu apakah ini benar karena baru berdasarkan pengakuan dan secara kita tidak menggunakan logika saja tapi juga fakta hukum," ujar Jenderal Polisi berbintang tiga itu saat ditemui di Plenary Hall, JCC.. (www.tribunnews.com/2011/01/10/. Demikian juga pengakuan Gayus bahwa "Presiden sudah tahu, Satgas sudah tahu siapa yang big fish, kalau saya ikan teri," ujar Gayus dengan nada tinggi kepada wartawan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (10/1/2011). Ketika ditanyai siapa bigfish tersebut? Gayus tidak mau memberitahu." Saya ikan teri, saya nggak tahu bigfsh," ujarnya dengan nada tinggi. (www.inilah.com).  Namun, Sedikit demi sedikit misteri kasus Gayus Tambunan mulai terkuak. Salah satu alasan kenapa kasus itu tidak tuntas ditangani kepolisian, menurut Ketua Komisi III DPR Benny K Harman, dikhawatirkan mengancam keutuhan republik. "Dari dulu memang awal kasus ini, Kapolri waktu itu BHD (Bambang Hendarso Danuri) saya tanya kenapa tidak berani mengungkap kasus Gayus. Jawabannya kalau kasus ini diungkap akan menggoyang republik ini," kata Benny menirukan ucapan BHD, kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (10/1/2011). (http://detiknews.com/read/2011/01/10)
Maka untuk membongkar kasus gayus hingga siapa big fishnya, diperlukan nyali dan kekuatan yang besar . Pertanyaannya adalah Apakah SBY berani untuk mengusut secara tuntas? bukan hanya ungkapan keprihatinan dan nada datar-datar saja, sebagaimana yang sering dilakukan selama ini. Sekalipun telah dibentuk Satgas Mafia Hukum namun sama sekali tidak kelihatan kemampuannya untuk menuntaskan berbagai khasus yang ada. Perlu dipahami bahwa di negeri ini sekalipun secara hukum terbukti ada penyimpangan seperti kasus Century, BLBI, Bulog Gate, dll yang terbukti merugikan Negara hingga triliunan, namun mereka tak pernah tersentuh oleh hukum. Ini membuktikan bahwa kekuatan politik dan kekuatan ekonomilah yang menjadi penentu benar salahnya.  
Untuk itulah kita bisa simpulkan bahwa, pemerintahan SBY tak akan berani untuk mengusut kasus gayus hingga tuntas mengingat kasus tersebut terkait dengan grup Bakri sebagaimana yang di sebutkan sendiri oleh Gayus, karena apabila SBY berani untuk menuntaskan kasus tersebut, maka grup Bakripun akan melakukan serangan balik dengan memblow-up kasus century yang diduga kuat melibatkan grup Cikeas, bahkan bisa berujung pada pemakzulan  dan adapun yang dilakukan adalah hanya sebatas untuk meredam perhatian publik sebagai bagian dari politik pencitraan, maka untuk lebih amannya baik grup Cikeas maupun grup bakri bisa di tebak ujung-ujungnya yang terjadi adalah barter kasus. Nah, ketika kebenaran telah di setting dan di tentukan oleh para elit politik dan penguasa untuk kelanggengan kekuasaan dan kepentingan mereka dan menjadikan rakyat sebagai tumbal, maka inilah salah satu pengejewantahan sistem kapitalisme.
Perselingkuhan politik yang terus dipertontonkan oleh para elit penguasa seharusnya semakin membuat masyarakat tersadarkan akan kebobrokan sistem kapitalisme dan para pengembannya, sistem yang hanya berpihak kepada para elit dan menggilas masyarakat kecil . Maka saatnya kembali kembali kepada sistem Islam, yang tidak memilah-milah antara kaya dan miskin, elit dengan awam karena semuanya sama dihadapan hukum sebagaimana sabda Rasul : “ Demi Allah , seandainya Fatimah Binti Muhammad  mencuri, niscaya akan saya potong tangannya,”. (H.R  Bukhari) . Subhanallah, Maha Suci Allah, Begitu Indah hukum Islam, Fatimah ra yang merupakan putri yang sangat di cintai Rasulullah yang di dalam dirinya terdapat darah daging Rasulullah  sendiri tidak di beda-bedakan dengan orang lain dalam  penegakan hukum islam, seandainya fatimah mencuri maka Rasulullah sendiri yang akan menegakkan hukum Allah tersebut kepada putrinya. Jadi berdasarkan hadits ini, Adakah keunggulan antara yang satu dengan yang lainnya berdasarkan nasab, kedudukannya? Sekali-kali Tidak, Putri Rasulullah yang Nota bene adalah Darah daging Rasulullah sendiri tidak mendapatkan keistimewaan  dalam penegakan hukum islam padahal Fatimah Adalah Putri pembawa Risalah agama yang mulia ini. Wallahu A’lam Bish-shawab 
 (Oleh: Alex Saifullah, KORWIL BKLDK Sulawesi Selatan Dan Barat ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar