Selasa, 27 Juli 2010

Rekonstruksi Dan Reunifikasi Kekuatan Dunia Islam (Bagian II)


Langkah kongkrit untuk merekonstruksi kekuatan dunia Islam.
 
Seiring dengan meningkatnya kesadaran Umat Islam tentang kondisi kemunduran, ketertindasan yang menimpa mereka serta ketidakberdayaan dalam menghadapi keangkuhan dan monopoli politik Global Kapitalisme yang dinahkodai oleh Amerika Serikat secara terus menerus sehingga hal tersebut menjadi salah satu faktor yang mendorong keinginan umat Islam untuk bersatu yang kian hari semakin meningkat. Indikasi tersebut setidaknya bisa kita lihat dari maraknya gerakan-gerakan Revivalis Islam yang ada seperti Hizbut Tahrir, Majelis Mujahidin Indonesia, Front Pembela Islam, Ansarut Tauhid dll. Keberadaan mereka tidak bisa dianggap sebagai sebuah perpecahan namun harus dipandang sebagai sebuah wujud tanggung jawab untuk berpartisipasi dalam rangka membangkitkan umat dari kemerosotan yang amat parah.

Untuk menuju reunifikasi kekuatan dunia Islam maka terlebih dahulu membangun kembali istitusi kekuatan umat Islam yaitu Daulah Khilafah yang sebelumnya telah pernah eksis kurang lebih 13 Abad yang hadir memimpin peradaban dunia sekaligus peradaban terlama sepanjang sejarah peradaban manusia. Dengan berdirinya Istitusi Daulah Khilafah yang akan menjadi embrio untuk merangkul dan menarik kembali seluruh negeri Islam yang hidup berantakan saat ini kedalam pusaran Institusi pemersatu kaum Muslimin tersebut.

Langkah-langkah perjuangan yang diperlukan untuk membangun kekuatan islam, antara lain :
1. Edukasi (Tasqif) .
langkah awal adalah dengan melakukan edukasi untuk memberikan penyadaran dan pencerahan terhadap kader-kader dakwah dengan tsaqofah (pemikiran) Islam yang cemerlang. Upaya ini ditujukan untuk menyiapkan kader untuk membangun kemampuan dalam bertahan dan menyerang secara intelektual terhadap berbagai praktek politik dan pemikiran yang bertentangan dengan Islam serta. Edukasi juga dimaksudkan untuk membangun kematangan dan membangkitkan militansi kader tersebut sehingga mampu bertahan dengan penuh kesabaran dalam mengarungi medan juang yang sangat terjal.
Secara umum ada dua macam bentuk edukasi yang dilakukan, yaitu :
a. Edukasi intensif ( Tasqif Murakkazah)
Secara intensif harus dilakukan bimbingan dengan menanamkan aqidah Islam dan syariah Islam yang totalitas (komprehensif). Sehingga mereka sebelum terjun ke masyarakat sudah siap dengan solusi-solusi yang nyata untuk menjawab berbagai persoalan yang muncul di tengah-tengah umat. Secara praktis aktivitas ini bisa dilakukan dengan bersandarkan pada halqoh-halqoh (kelompok kecil yang terdiri atas beberapa orang) dimana dalam aktivitas tersebut dengan memberikan pencerdasan dan pencerahan sistematik serta terarah melalui pengkajian secara mendalam terhadap pemikiran-pemikiran Islam.
b. Edukasi Kolektif (Tasqif Jama’iyah)
Edukasi kolektif ini dilakukakan untuk membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya penerapan syariah Islam secara kaffah oleh Daulah Khilafah Islam. Hal ini dilakukan dengan cara membina umat dengan tsaqofah Islam (pemikiran Islam), meleburkan dengan Islam, membebaskannya dari akidah rusak, pemikiran keliru serta pandangan-pandangan kufur. Membangun kesadaran umat ini adalah sangat penting. Sebab tidak akan terjadi perubahan yang mendasar di tengah-tengah umat kalau tidak terjadi perubahan kesadaran masyarakat. Perjuangan penegakan institusi kekuatan dan politik Khilafah haruslah dilakukan melalui umat dalam pengertian didukung oleh kesadaran umat. Karena yang ingin dibangun bukan sembarang pemerintahan namun sebuah pemerintahan yang didasarkan pada pemikiran yang matang dan cemerlang.

Edukasi ini dilakukan dengan pengajian-pengajian umum, khutbah jum’at, seminar, diskusi publik, debat terbuka. Termasuk lewat media masa seperti radio, televisi, surat kabar, majalah dan lainnya. Dari aktivitas ini dimaksudkan untuk melahirkan kesadaran umat untuk diatur semata-mata oleh syariat Islam. Kesadaran umat ini yang mendorong mereka untuk menuntut perubahan sistem negara yang jauh menyimpang dari Islam.
2. Interaksi dengan Masyarakat (Tafa'ul Ma'a Al Ummah)
Adapun Interaksi terwujud dalam beberapa bentuk antara lain :
a. Interaksi Pemikiran adalah bentuk interaksi yang ditujukan untuk melakukan pertarungan secara intelektual terhadap segala macam pemikiran yang kontradiksi secara diametarl dengan pemikiran Islam yang saat ini sedang mendominasi dan mengotori pemikiran umat seperti demokrasi, sekularisme, kapitalisme, sosialisme, pluralisme dll. Upaya tersebut dilakukan dengan membongkar dan mengungkap kesalahan serta kebusukan mengenai bahaya yang terkandung dalam pemikiran tersebut kepada umat setelah berhasil melumpuhkan pemikiran tersebut maka selanjutnya adalah menyampaikan pemikiran Islam yang cemerlang untuk menggantikan pemikiran kufur tersebut. Jadi interaksi ini dimaksudkan untuk mengupas berbagai metode dan instrumen yang digunakan oleh barat untuk mencengkram umat Islam.
b. Interaksi Politik adalah bentuk interaksi yang diarahkan untuk membongkar berbagai macam konspirasi yang dilakukan oleh penguasa terhadap rakyatnya, baik konspirasi antara penguasa dengan pengusaha atau kelompok lokal dimana kebijakan tersebut sangat berbahaya dan merugikan umat serta pertentangannya dengan hukum syara'. Demikian juga konspirasi yang dilakukan penguasa dengan kepentingan politik global harus terus menerus diungkap agar umat semakin menyadari tentang siapa sebenarnya penguasa yang mereka dudukkan disinggasana kekuasaan. Barat dan penguasa kaki tangan mereka senantiasa melakukan manuver dan strategi untuk mengokohkan cengkramanannya (baca: Penjajahan) sebagaimana yang saat ini mereka lakonkan dengan isu terorisme sebagai upaya stigmatisasi terhadap umat Islam dengan tuduhan yang dipaksakan bahwa pelaku terorisme ingin mendirikan Daulah Islamiyah serta menolak demokrasi. Singkatnya bahwa interaksi ini dimaksudkan untuk menyerang srategi yang digunakan oleh barat untuk mempertahankan cengkramannya terhadap umat Islam.
c. Merebut opini umum, disamping interaksi politik dan intelektual yang berlangsung secara sengit dan terus menerus pada saat yang sama gagasan tentang Syariah dan Khilafah terus dipropagandakan maka tentunya ketika masyarakat mendengar istilah tersebut akan melahirkan banyak persepsi baik berupa pertanyaan maupun pernyataan seperti: apa yang dimaksud dengan Khilafah? Khilafah utopis? Sampai pada bagaimana metode menegakkan khilafah, nah hal seperti ini adalah sebuah respon dari masyarakat dan menjadi 'entri point” untuk menjelaskan tentang Khilafah dan urgensinya sehingga kian lama kerinduan umat semakin tidak terbendung dan pada saat yang sama kepercayaan masyarakat kepada sistem yang lama (baca : demokrasi) semakin melemah hingga akhirnya bisa dilumpuhkan.
3. Memobilisasi dukungan dari simpul-simpul Massa. (Thalabun Nusrah)
Mobilisasi diarahkan untuk meminta dukungan kepada simpul-simpul kekuatan dan simpul-simpul umat dalam konteks perlindungan terhadap Islam dan Umat Islam sebagaimana Rasulullah meminta dukungan kepada para pemegang simpul-simpul kekuatan saat itu yang termanifestasi dalam bentuk kepala kabilah. Dalam kitab sirah Nabawi Karangan Ibnu Hisyam setidaknya ada 18 kabilah yang dikontak oleh Rasulullah untuk memberikan perlindungan terhadap islam, ada yang menolak secara halus namun ada juga yang menolak secara keras sebagaimana perlakukan penguasa Thaif dengan memerintahkan kepada para anak-anak untuk melempari Rasulullah dengan batu sampai beliau berdarah. Sekalipun perlakuan yang tidak manusiawi dari berbagai kabilah, namun Rasulullah tidak pernah berhenti untuk melakukan aktivitas tersebut, hal ini menunjukkan bahwa aktivitas tersebut wajib serta satu-satunya jalan untuk meraih kekuasaan dari pemegang kendali kekuasaan ditengah-tengah umat. Dan dengan pertolongan Allah datang dari madinah lewat Suku Aus dan Khazraj. (Bersambung) (Oleh : Safullah UKM LDK LDM UMI Makassar).
http://dakwahkampus.com/artikel/pemikiran/925-rekonstruksi-dan-reunifikasi-kekuatan-dunia-islam-bagian-ii-.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar