Selasa, 27 Juli 2010

Rekonstruksi Dan Reunifikasi Kekuatan Dunia Islam (Bagian I)

Add caption
Runtuhnya institusi Negara Khilafah pada tanggal 3 maret 1924 merupakan bencana dan pukulan yang sangat mematikan terhadap Islam dan Umat Islam. Berbagai bencana silih berganti menimpa umat Islam. Ikatan Aqidah sebagai Ikatan pemersatu kaum muslim tidak lagi terwadahi dan tergantikan oleh ikatan kebangsaan. Akibatnya, umat Islam hidup berantakan dan dikerat-kerat menjadi Negara yang kerdil dan tidak berdaya. Sebagai bukti nyata dimana didepan mata Umat islam dan penguasa negeri kaum Muslimin, Israel mempertontonkan secara vulgar kebiadaban dan pembataian terhadap warga Palestina namun apa respon mereka jangankan mengirimkan Pasukan untuk menolong saudara se-Aqidah namun mengecam saja tidak mampu. Padahal tentara kaum Muslimin memiliki jumlah yang sangat banyak sehingga bisa mengepung dan dan menghancurkan entitas yahudi dalam sekejap.

Bahkan lebih menyakitkan lagi banyak penguasa negeri Muslim justru memasang dada untuk membela sang penjagal entitas Yahudi dan pada saat yang sama mengerangkeng dan mengisolasi warga Gaza.

Di berbagai belahan bumi yang lain umat Islam seperti Irak, Afganistan, Pakistan, Uzbekistan, Ethiopia, Sudan, Pattani, Mindanao, Rohingya dll. Hingga saat ini berada dalam masalah yang tak pernah terselesaikan ini menjadi bukti bahwa penguasa negeri-negri kaum Muslimin sangat Tumpul.

Penyebab kemunduran Kaum Muslimin.

Puncak dari kemunduran kaum Muslimin adalah ketika Institusi yang menjadi penopang dan penjaga islam berhasil di Abolisi oleh Kafir penjajah melalui antek mereka yaitu Mustafa kemal Attartuk seorang keturunan yahudi yang sengaja di susupkan untuk menjalankan agenda jahat penjajah barat. Terlepas dari itu, secara garis besar ada dua faktor yang menjadi penyebab keruntuhan Institusi Khilafah antara lain :

1. Faktor Internal.

Sejak di tutupnya pintu Ijtihad sebagai sebuah metode untuk menggali hukum-hukum Islam dalam rangka memberikan jawaban den penjelasan terhadap persoalan-persolan kontemporer. Derasnya arus Barat yang menghembus dan menyusup kedalam tubuh kaum Muslimin menyebabkan kaum Muslimin mengalami kebingungan yang luar biasa sehingga tanggapan terhadap barat pun sangat beragam, ada yang menanggapinya dengan menolak secara keseluruhan namun ada juga yang menerima. Disamping itu lemahnya pemahaman umat terhadap islam yang amat parah ,yang menajalar kedalam pikiran umat secara tiba-tiba. Ini. Berawal tatkala bahasa Arab mulai diremehkan peranannya untuk memahami islam sejak awal abad VII Hijriah, sehingga kekuatan yang dimiliki bahasa Arab dengan kharisma Islam terpisah. ( Lihat : Mafahim Hizbut tahrir, hal 5)

Jadi kelihatan sangat jelas bahwa kaum Muslimin mundur pada saat mereka tidak lagi konsisten untuk mempertahankan Ideologinya .

2. Faktor Eksternal.

Sejak kekalahan Eropa dalam perang salib ketiga mereka mulai menyadari bahwa mustahil mengalahkan kaum muslimin dengan pendekatan hard power sehingga mulai mengubah pola penyerangan dan penghancuran terhadap Islam dan Kaum Muslimin dengan pendekatan Sofh Power. Dengan pendekatan tersebut, mereka lebih mudah dan leluasa untuk masuk kedalam Khilafah dan stretegi ini pertama kali dilakonkan oleh para misionaris dengan modus mendirikan sekolah untuk mendidik dan mengacaukan pemikiran generasi islam.

Tidak berhenti sampai disitu barat terus melakukan makar setelah mengacaukan dan mengancurkan konstruksi pemikian islam tahap selanjutnya adalah dengan melakukan pelemahan terhadap daulah khilafah, setelah melihat ada celah didalam tubuh daulah maka mereka melakukan politik pecah belah yaitu mempropagandakan paham nasionalisme untuk membangkitkan sentimen antara Turki dan Arab.

Sebagaimana yang disebutkan oleh para ulama dan intelektual Islam. Bermula dari munculnya berbagai propaganda ke arah nasionalisme yang dipelopori oleh Partai Persatuan dan Pengembangan, mereka memulai gerakannya dengan men-Turki-kan Daulah Utsmaniah di Turki. Untuk menopang dakwahnya ini, mereka menjadikan serigala (sesembahan bangsa Turki sebelum datangnya Islam) sebagai syiar dari gerakannya tersebut. (Muhammad Muhammad Husain, Ittijâhât Wathaniyah, II.85).

Mungkin hal yang terpenting adalah kelompok yang bergerak untuk menyebarkan paham nasionalisme, mereka tidak mempunyai gerakan yang berarti untuk meruntuhkan Daulah Islamiyah kecuali dengan “menyebarkan paham nasionalisme”. Oleh karena itu, mereka bekerja keras untuk mencapai tujuan tersebut. Ternyata paham nasionalisme tersebut merupakan unsur terpenting di dalam melemahkan kekuatan Daulah Islamiyah, karena umat Islam, dengan nasionalisme, akan tercerai-berai, saling berselisih; masing-masing ingin bergabung dengan suku dan kelompoknya, ingin melepaskan diri dari kekuasaan Daulah. Cukuplah dengan gerakan untuk memisahkan diri tersebut akan terkotak-kotaklah kekuatan umat. Dengan demikian, Daulah akan melemah dan terputus jaringannya dan akhirnya ambruk…Begitulah yang terjadi. (Mahmud Syakir, Târîkh Islâm, Al-Maktab Islami, 1991 M, VIII/122).

Dengan bangkitnya semangat nasionalisme dikalangan warga Muslim Turki demikian juga dikalangan warga muslim Arab sehingga akibatnya orang-otang arab mengatakan bahwa kita dijajah oleh orang-orang turki demikian juga dikalangan orang-orang Turki mengatakan bahwa orang-orang Arab berkeinginan untuk merampas kekuasaan dari Orang-orang turki, jadi strategi barat berhasil melemahkan persatuan umat islam.

Potensi kekuatan kaum Muslimin

Untuk membangun sebuah kekuatan yang besar maka tentunya dibutuhkan faktor-faktor yang akan mendukung kekuatan tersebut, maka untuk itulah terlebih dahulu mengintip potensi kekuatan yang di miliki umat islam.

Dalam The Military Balance, 1989, 1990, juga disebutkan bagaimana peta kekuatan yang dimiliki kaum Muslim saat Khilafah ini berdiri. Umat Islam akan memiliki paling tidak 5,5 juta pasukan operasional, sekitar 4 juta pasukan cadangan, sekita 18 juta warga negara yang siap menjalani wajib militer (yang jumlahnya selalu meningkat setiap tahun seiiring terjadinya pertumbuhan kaum Muslim).

Selain itu, kaum Muslim juga menguasai sedikitnya 5.000 pesawat tempur, sekitar 27.000 tank, divisi-divisi infantri, sejumlah besar fregat, kapal selam, kapal-kapal kelas perusak, berbagai misil balistik, misil berhulu ledak konvensional, misil berhulu ledak non-konvensional – termasuk berhulu ledak thermo-nuklir. Belum lagi sejumlah lokasi pangkalan angkatan laut dan pangkalan angkatan udara yang paling strategis di dunia.

Potensi umat Islam untuk menjadi Negara Adidaya tak hanya sebatas itu. Kaum Muslim juga mengusai sumberdaya yang dibutuhkan untuk menjadikan mereka sebagai umat yang paling maju dalam bidang teknologi militer. Sumberdaya itu meliputi sumberdaya intelektual, sumberdaya material, potensi industri, dan sumberdaya manusia. Umat Islam memegang kendali atas 60% deposit minyak seluruh dunia. Umat Islam juga memegang kendali atas bagian yang besar dari deposit Boron (49%), Fosfat (50%), Strontium (27%), Timah (22%), dan Uranium. Umat Islam juga mempunyai sumberdaya intelektual dan tenaga ahli yang terbaik di dunia dalam jumlah yang melimpah. Sebagai contoh, Mesir mempunyai lebih dari 500.000 ilmuan dan insinyur, Turki sekitar 330.000, Malaysia 300.000, Pakistan sekitar 140.000, dan Indonesia paling tidak 100.000, dan lain-lain, hingga mencapai total sekitar 1,2 juta ilmuan ditambah sekitar 32.000 pakar riset dan pengembangan. (Some El-ementary Scienceometric Studies; A Study of Science and Technology Manpower Patterns vis-a-vis Population and GNP in the Muslim World, oleh M.M. Qurayshi dan S.M. Jafar, 1978).

Asep Syamsul mencatat warisan nuklir Uni Soviet sebagian telah jatuh ke negeri mayoritas berpenduduk muslim di Asia Tengah Kazakstan, Uzbekistan, Turkmenistan, Azerbeizan, Tajikistan dan Kirgistan. Bahkan sekitar 943 % atau setara dgn 1.150 rudal balistik diwarisi Kazakstan. Terhadap ini Doff Zakem menulis di Washington Pos 14 Januari 1992 “Inilah utk pertama kalinya Israel mendapati dirinya dalam ancaman.” Memang dengan senjata nuklir Kazakstan dapat mulumatkan Israel dalam beberapa menit saja.

Pakistan diperkirakan sedang memproses 70-90 senjata nuklir, demikian pula India diyakini sedang mengembangkan 60-80 senjata nuklir, kata Robert S Norris dan Hans M Kristensen, dalam artikel terbaru mereka berjudul, "Nuclear Notebook: Worldwide deployments of nuclear weapons, 2009", sebagaimana dikutip dari PTI-OANA. Negeri muslim lain yg juga mengembangkan nuklir seperti Iran, Libya dan Surya.

Dengan potensi kekuatan kaum Muslimin yang ada maka peluang untuk menjadi kekuatan Adidaya dunia sangat terbuka lebar tinggal persoalannya adalah bagaimana meramu kekuatan yang ada untuk menyatu dalam satu konsentrasi. (Bersambung) (Oleh : Saifullah, UKM LDK LDM UMI Makassar).

http://dakwahkampus.com/artikel/pemikiran/902-rekonstruksi-dan-reunifikasi-kekuatan-dunia-islam-bagian-i.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar