Setelah umat memberikan mandat melalui simpul-simpul kekuatan untuk mengambil alih kekuasaan, menata dan mengelola pemerintahan dengan syariah. Maka langkah selanjutnya adalah “menyeret” kembali negeri-negeri Islam yang hidup berantakan dan terkotak-kotak dalam entitas yang batil ke dalam pusaran khilafah.
Namun sebelumnya terlebih dahulu kita menakar sejauh mana peluang untuk melakukan Reunifikasi kekuatan dunia Islam setidaknya ada tiga (3) pendekatan perspektif yang dapat digunakan sebagai parameter antara lain :
1. Perspektif Historis.
Eksistensi Islam dalam sebuah Institusi negara Khilafah telah hadir mewarnai peradaban dunia saat itu yaitu dimulai pada awal abad ke-6 Masehi sampai pada awal abad ke-20 M. Khilafah telah menjadi sebuah wadah yang telah menampung dan menyatukan negeri-negeri Islam dari Spanyol hingga Indonesia sehingga menjadi kekuatan Adidaya dunia saat itu.
Setelah 13 abad keemasan, Daulah Khilafah, yang merupakan kesinambungan dari Daulah Islam (Negara Islam) yang di bangun oleh Rasulullah saw, di Madinah telah dihancurkan melalui tangan seorang manusia terkutuk Mustafa Kamal pada tanggal 3 Maret 1924.yang bertepatan dengan tanggal 28 Rajab 1342H itu, maka Daulah Khilafah yang selama ini telah membawa Islam ke seluruh penjuru dunia telah lenyap dari muka bumi. Sejak saat itu juga, lenyaplah sudah sebuah Daulah Islam yang selama kurang lebih 1400 tahun telah memberikan rahmat dan kedamaian kepada dunia secara umum dan umat Islam khususnya, lenyapnya sebuah Daulah Islam yang selama ini menghilangkan seluruh belenggu yang memisahkan dan mengerat umat manusia, seperti nasionalisme, patriotisme dan juga rasisme.
Adapun gambaran ringkas tentang Khilafah dari masa ke masa yang menjadi bukti historis mengenai eksistensinya, sebagai berikut :
- Masa kekhilafahan kaum Muslim di awali dengan kepemimpinan Khulafaur Rasyidin yang berlangsung selama kurang lebih 30 tahun yang berlangsung dari tahun 11 H sampai 41 H ( 632-661 M). Pada periode ini, kaum Muslim telah meraih masa keemasan, khususnya pada masa Kekhilafahan Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar Bin Khattab hingga separuh dari masa kepemimpinan Utsman bin Affan. Khalifah terakhir pada periode ini adalah Hasan bin ‘Ali, cucu Rasulullah SAW.
- Masa Kekhilafahan Bani Umayah . Pada tahun 41 H, Khalifah Hasan bin Ali mengundurkan diri dari jabatan khalifah. Selanjutnya, Mu‘awiyah bin Abi Sufyan dibaiat untuk menggantikan Hasan bin ‘Ali. Mulai saat itu, kekhilafahan memasuki masa kepemimpinan Bani Umayyah. Kepemimpinan Bani Umayyah berlangsung selama kurang lebih 91 tahun, dari tahun 41 H sampai 132 H (661-749M), dengan pusat pemerintahan di Damaskus. Pada masa ini, banyak negeri yang berhasil ditaklukkan. Di antaranya, di sebelah timur sampai ke negeri Cina; di sebelah barat sampai ke Andalusia (Spanyol) dan selatan Perancis.
- Masa Kepemimpinan Bani Abbasyah, setelah kepemimpinan Bani Umayyah berakhir pada tahun 132 H. Ini terjadi setelah Marwan bin Muhammad mengalami kekalahan dalam Perang Zab, melawan pasukan yang dipimpin Abu Abbas as-Saffah dari Bani Abbasiyah. Sejak saat itu kekhilafahan beralih ke Bani Abbasiyah. Masa kepemimpinan Bani Abbasiyah berlangsung selama kurang lebih 783 tahun yaitu dari tahun 132 H sampai 918 H (749 – 1512). Khalifah pertamanya adalah Abu Abbas as-Saffah dan yang terakhir adalah al-Mutawakkil ‘Alallah. Masa kepemimpinan Bani Abbasiyah dapat dibagi menjadi dua periode, yaitu periode Kekhilafahan Abbasiyah yang berpusat di Irak dan yang berpusat di Mesir. Masa kepemimpinan Bani Abbasiyah yang perpusat di Mesir berakhir tahun 918 H. Ini terjadi ketika kondisi politik saat itu sudah sangat tidak stabil.
- Selanjutnya Kepemimpinan dilanjutkan oleh Khilafah Utsmaniyah yang berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama, sekitar 424 tahun, dari tahun 918-1342 H (1512-1924 M). Khalifah pertamanya adalah Salim al-Ula dan yang terakhir adalah ‘Abdul Majid ats-Tsani. Banyak prestasi yang berhasil diraih Kekhilafahan Utsmaniah, di antaranya adalah penaklukan Konstantinopel. Mereka telah mendatangi Eropa sampai di Austria, lalu mengepungnya lebih dari dua kali. Negeri-negeri Eropa yang berhasil dikuasai antara lain Hungaria, Beograd, Albania, Yunani, Rumania, Serbia, dan Bulgaria. Mereka juga telah menguasai seluruh kepulauan di Laut Tengah dan menariknya ke dalam pangkuan Islam.
Eksistensi Khilafah dalam sejarah peradaban diakui pun oleh cendikiawan dan sejarawanbarat, Will Durant memberikan apresiasi yang luar biasa terhadapnya beliau mengatakan, “Sepanjang masa Kekhilafahan Islam para Khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya; menyediakan berbagai peluang bagi siapapun yang memerlukannya; memberikan kesejahteraan selama berabad-abad dalam keluasan wilayah yang belum pernah tercatat lagi fenomena seperti itu setelah masa mereka; menjadikan pendidikan menyebar luas hingga berbagai ilmu, sastra, falsafah dan seni mengalami kejayaan luar biasa yang membuat Asia Barat sebagai bagian dunia yang paling maju peradabannya selama lima abad.” (Will Durant The Story of Civilization).
Sementara itu, ketika mendiskusikan Kekhilafahan Islam yang terakhir, yakni Kekhilafahan Utsmani, Paul Kennedy menulis, “Empirium Utsmani adalah lebih dari sekadar mesin militer; dia telah menjadi penakluk elit yang telah mampu membentuk satu kesatuan iman, budaya dan bahasa pada sebuah area yang lebih luas dibandingkan dengan yang pernah dimiliki oleh Empirum Romawi dan untuk jumlah penduduk yang lebih besar. Dalam beberapa abad sebelum tahun 1500, Dunia Islam telah jauh melampui Eropa dalam bidang budaya dan teknologi. Kota-kotanya demikian luas, rakyatnya terpelajar, perairannya sangat bagus. Beberapa kota di antaranya memiliki universitas-universitas dan perpustakaan yang lengkap dan memiliki masjid-masjid yang indah. Dalam bidang matematika, kastografi, pengobatan dan aspek-aspek lain dari sains dan industri, kaum Muslim selalu berada di depan." (Paul Kennedy-The Rise and Fall of The Great Powers: Economic Change an Military Conflict from 1500 to 2000).
2. Perspektif Normatif
Keyakinan akan tegaknya kembali Khilafah Jilid II bukanlah sekedar fantasi sebagaimana tuduhan dari beberapa pihak, namun sebuah keyakinan yang ditopang oleh empat perkara:
Pertama, jaminan dari Allah kepada orang-orang yang beriman dan beramal salih untuk memberikan kekuasaan di muka bumi, sebagaimana yang pernah diberikan kepada para pendahulu mereka.
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal salih di antara kalian, bahwa Dia sesungguhnya akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa; akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai untuk mereka; dan akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan, menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku tanpa mempersekutukan Aku dengan sesuatu. Siapa saja yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS an-Nur [24]: 55).
Kedua, kabar gembira dari Rasulullah saw. berupa akan kembalinya Khilafah Rasyidah ala Minhaji Nubuwwah (berdasarkan metode kenabian), setelah fase penguasa diktator pada zaman kita ini., Nabi saw. Bersabda, sebagaimana dituturkan Hudzaifah al-Yaman:
“Akan ada fase kenabian di tengah-tengah kalian. Dengan kehendak Allah, ia akan tetap ada, kemudian Dia mengakhirinya, jika Dia berkehendak untuk mengakhirinya. Kemudian akan ada fase Khilafah berdasarkan metode kenabian. Dengan kehendak Allah, ia akan tetap ada, kemudian Dia akan mengakhirinya, jika Dia berkehendak untuk mengakhirinya. Kemudian akan ada fase penguasa yang zalim, ia akan tetap ada, kemudian Dia akan mengakhirinya, jika Dia berkehendak untuk mengakhirinya. Lalu akan ada fase penguasa diktator, ia akan tetap ada, kemudian Dia akan mengakhirinya, jika Dia berkehendak untuk mengakhirinya. Setelah itu, akan datang kembali Khilafah ala Minhajin Nubuwah (berdasarkan metode kenabian).” Kemudian Baginda saw. diam. (HR Ahmad).
Ketiga, umat Islam yang hidup dan dinamis tentu akan menyambut perjuangan bagi tegaknya Khilafah dan siap mendukung perjuangan ini hingga Allah mewujudkan janji-Nya. Setelah itu, mereka akan bekerja keras merapatkan barisan untuk menjaga Khilafah. Karena Sesungguhnya umat Islam adalah umat yang dimandat oleh Allah untuk menyandang Predikat sebagai umat terbaik (khayru ummah), yang akan selalu bergerak untuk mewujudkan predikat itu. Allah SWT berfirman:
Kalian adalah umat terbaik, yang dihadirkan untuk seluruh umat manusia. Kalian harus menyerukan kemakrufan dan mencegah kemungkaran serta tetap mengimani Allah. (QS Ali 'Imran [3]: 110).
Keempat, adanya partai (hizb) yang konsisten dan ikhlas, yang terus menerus bekerja kerasa tanpa kenal lelah semata-mata demi tegaknya Khilafah untuk menjemput janji Allah serta kabar gembira dari Rasulullah saw hingga benar-benar terwujud. Partai itu, sikapnya lurus, tidak pernah takut terhadap cacian orang yang mencaci, tidak bermanis muka, tidak berbelok-belok serta tekadnya sekuat baja sampai cita-citanya tercapai. Sebagaimana sabda Nabi saw., yang dikeluarkan oleh Muslim dan Tsauban:
Akan selalu ada satu kelompok dari umatku, yang selalu memperjuangkan kebenaran. Mereka tidak akan bisa dinistakan oleh siapa pun yang menistakan mereka, hingga urusan Allah ini menang, dan mereka pun tetap seperti itu.
Sesungguhnya berdasarkan satu faktor di atas saja cukup untuk menyatakan bahwa perjuangan demi tegaknya Khilafah bukanlah fantasi. Lalu bagaimana jika keempat fakta tersebut menyatu?
3. Perspektif Faktual
Realitas faktual menunjukkan dunia sedang menuju proses unifikasi sebagai respon terhadap agenda globalisasi baik politik, militer dan ekonomi maupun solidariritas, sebagai contoh negara-negara eropa telah membentuk Uni Eropa yang diawali dari kerjasama ekonomi dengan membentuk mata uang bersama yang digunakan untuk transaksi antar negara. Bahkan keberadaan mata uang uero terbukti telah memberikan pukulan yang cukup menyakitkan kepada mata uang dollar maka akibatnya dollar mulai melemah. Demikian juga dibidang militer negara-negara Atlantik Utara membentuk aliansi pertahanan bersama yaitu NATO yang dibentuk sebagai Respon terhadap kekuatan militer Uni soviet saat itu sebagaimana kita ketahui bahwa dunia dalam suasana perang dingin antara Blok barat kapitalis VS Blok timur sosialis komunis. Di sisi lain umat Islam berkeyakinan bahwa umat Islam wajib bersatu, dan keyakinan tersebut sangat di pahami betul oleh barat sehingga berusaha membentuk dan merekayasa organisasi persatuan yang semu yaitu OKI yang tidak punya power dan “gigi” untuk menjaga dan melindungi Islam dan kaum Muslimin sekaligus memalingkan ummat dari persatuan yang mempunyai kekuatan politik dan spritual ummat Islam. (Oleh Saifullah, UKM LDK LDM UMI Makassar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar