M. Rizal,Iin Yumiyanti – detikNews
Jakarta - El Baradei pernah bercanda ia tengah mencari pekerjaan. Saat itu, 27 April 2010, mantan Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) PBB itu tengah berbicara di Harvard Kennedy School of Government. Ia kemudian berkata akan berusaha menjadi agen perubahan dan advokasi untuk demokrasi dalam politik Mesir.
Pada April tahun lalu itu, meskipun meraih Nobel nama El Baradei tidak banyak dikenal rakyat Mesir. Time.com pada 20 Februari 2010 menulis warga Mesir tidak peduli dengan El Baradei. Mohamed Abbas (25) , seorang sopir taksi di Mesir mengaku tidak kenal El Baradei. Bagi Abbas, El Baradei hanyalah seorang calon presiden seperti halnya Muhamad Gamal Mubarak, anak Hosni Mubarak dan Ketua Liga Arab Amr Musa. "Kebanyakan dari mereka, bagaimana pun, adalah penjahat," kata Mohamed Abbas.
Tapi kini siapa yang tidak kenal El Baradei? Pria kelahiran 17 Juni 1942 itu telah menemukan pekerjaanya, ia benar-benar menjadi agen perubahan. Ia memimpin oposisi melawan Mubarak yang telah berkuasa selama 30 tahun. Pada 28 Januari, El Baradei bergabung dengan 2 ribu orang yang menuntut Mubarak segera mengakhiri kekuasaannya.
Tapi kini siapa yang tidak kenal El Baradei? Pria kelahiran 17 Juni 1942 itu telah menemukan pekerjaanya, ia benar-benar menjadi agen perubahan. Ia memimpin oposisi melawan Mubarak yang telah berkuasa selama 30 tahun. Pada 28 Januari, El Baradei bergabung dengan 2 ribu orang yang menuntut Mubarak segera mengakhiri kekuasaannya.
Dalam demo usai salat Jumat di alun-alun dekat masjid di daerah Giza itu, para demonstran melemparkan sepatu pada poster Mubarak. Ini merupakan tindakan yang terbilang langka di Mesir. "Pergilah! Pergilah (ke luar negeri), Mubarak! Pesawat sedang menunggumu!" teriak demonstran. Demo itu berakhir bentrok antara massa dengan polisi. El Baradei dikabarkan ditangkap.
Mohamed El Baradei yang lebih banyak hidup di luar negeri pulang ke Mesir pada Februari 2010. Ia sebelumnya bergabung dengan Badan Tenaga Atom Internasional PBB (IAEA) tahun 1984. Ia menjabat selama tiga masa jabatan di markas IAEA di Wina setelah Amerika akhirnya mendukungnya menjadi kepala IAEA, walaupun hubungan antara Washington dan IAEA sering mengalami ketegangan dalam beberapa tahun terakhir.
El Baradei sepakat dengan pemerintahan mantan Presiden AS George W Bush mengenai sejumlah masalah terkait senjata nuklir, tetapi dia tidak segan berbeda pandangan. Dia sering mengecam sikap mendua sejumlah negara yang memiliki senjata nuklir, tetapi mencegah negara lain membangun senjata nuklir. Mantan diplomat karir itu memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian tahun 2005 atas upayanya mencegah proliferasi senjata nuklir.
Ia mengakhiri tugasnya dari IAEA pada November 2009. Setelah pensiun dari IAEA, El Baradei menyatakan akan ikut pemilihan presiden Mesir 2011, namun akan tergantung pada jaminan sebuah pemilu yang adil.Selanjutnya lulusan Universitas Kairo dan New York University School of Law itu makin lantang mengkritik pemerintahan Mubarak. Pada Juni 2010, pendukung El Baradei berunjuk rasa di Fayoum, sebelah selatan Kairo mengikuti seruan peraih Nobel itu untuk mengampanyekan perubahan konstitusi Mesir. Pada September 2010, El Baradei menyerukan untuk memboikot pemilihan anggota parlemen dan mengatakan kepemimpinan Mesir akan berubah tahun depan.
Kini langkah El Baradei untuk menduduki orang nomor satu di Mesir kian tidak terbendung. Namun ia harus terlebih dulu berhadapan dengan Omar Suleiman. Dialah orang yang tiba-tiba diangkat menjadi wakil presiden. Selama 30 tahun berkuasa, Mubarak tidak mau mendapat saingan sehingga tidak mengangkat satu pun wapres. Namun pada 29 Januari 2011 untuk membujuk rakyat Mesir yang sedang marah, ia tiba-tiba menunjuk Suleiman sebagai Wapresnya. Padahal sebelumnya Mubarak dikabarkan tengah mempersiapkan Gamal, putranya untuk menggantikan dirinya.
Suleiman yang berusia 74 tahun itu sebelumnya adalah Kepala Intelijen Mesir. Ia orang kepercayaan Mubarak karena ia pernah menyelamatkan sang presiden dari percobaan pembunuhan di Addis Ababa, ibukota Ethiopia, saat keduanya akan menghadiri KTT Afrika pada bulan Juni 1995.
Suleiman menghabiskan karirnya di bidang militer. Ia masuk Akademi Militer Kairo pada 1954 dan ikut perang melawan Israel pada 1967 dan 1973. Sejak tahun 1980-an, Suleiman yang sebelumnya sibuk di infanteri beralih ke intelijen militer. Pada tahun 1993, Suleiman menjadi kepala badan intelijen Mesir atau Egyptian General Intelligence Services (EGIS).
Suleiman menghabiskan karirnya di bidang militer. Ia masuk Akademi Militer Kairo pada 1954 dan ikut perang melawan Israel pada 1967 dan 1973. Sejak tahun 1980-an, Suleiman yang sebelumnya sibuk di infanteri beralih ke intelijen militer. Pada tahun 1993, Suleiman menjadi kepala badan intelijen Mesir atau Egyptian General Intelligence Services (EGIS).
Nama Suleiman mulai diperbincangkan dunia internasional pada tahun 2000 saat ia tampil menengahi antara faksi-faksi Palestina dan Israel. Suleiman menjadi mediator menyusul pecahnya intifada kedua. Dia sukses menegosiasikan gencatan senjata singkat pada bulan Juni 2003. Pada 2009, Foreign Policy Magazine menobatkan Suleiman sebagai salah satu dari lima agen rahasia paling kuat dari Timur Tengah.
Kini, El Baradei dan Suleiman tampil sebagai kandidat kuat yang akan menggantikan Mubarak. Siapa yang akan dipilih rakyat Mesir dan mendapat dukungan internasional?
Kini, El Baradei dan Suleiman tampil sebagai kandidat kuat yang akan menggantikan Mubarak. Siapa yang akan dipilih rakyat Mesir dan mendapat dukungan internasional?
Pengamat politik Timur Tengah Hamdan Basyar menyatakan, kemungkinan besar Suleiman akan menggantikan Mubarak untuk sementara. Ia yang kini menjadi wapres, otomatis akan menjadi presiden bila Mubarak mundur. Maka Suleiman akan memimpin pemerintahan Mesir transisi hingga digelar pemilu. Dalam pemilu itulah akan terjadi pertarungan sesungguhnya antara Suleiman dan El Baradei.
Baik El Baradei maupun Suleiman sebenarnya memiliki bebannya tersendiri untuk memimpin Mesir. El Baradei akan menghadapi masalah akar rumput. Sementara Suleiman akan mendapat beban sebagai anteknya Mubarak. Selama ini hidup El Baradei lebih banyak di luar negeri. El Baradei pulang kampung dengan memanfaatkan situasi untuk memainkan politik di negaranya itu. Dengan posisi El Baradei seperti itu, bisa diartikan dia sangat kurang memperoleh dukungan dari akar rumput.
"Kalau dia berkuasa dia harus banyak negosiasi dengan pendukungnya. Dia tidak bisa melakukan hal-hal yang keras pada pendukungnya peseperti kelompok Ikhwanul Muslimin yang sekarang mendukung dia," kata Hamdan.
Baik El Baradei maupun Suleiman sebenarnya memiliki bebannya tersendiri untuk memimpin Mesir. El Baradei akan menghadapi masalah akar rumput. Sementara Suleiman akan mendapat beban sebagai anteknya Mubarak. Selama ini hidup El Baradei lebih banyak di luar negeri. El Baradei pulang kampung dengan memanfaatkan situasi untuk memainkan politik di negaranya itu. Dengan posisi El Baradei seperti itu, bisa diartikan dia sangat kurang memperoleh dukungan dari akar rumput.
"Kalau dia berkuasa dia harus banyak negosiasi dengan pendukungnya. Dia tidak bisa melakukan hal-hal yang keras pada pendukungnya peseperti kelompok Ikhwanul Muslimin yang sekarang mendukung dia," kata Hamdan.
Menurut Hamdan, El Baradei mungkin akan lebih demokratis dibanding Suleiman, tapi mungkin kurang tegas. Sementara soal Suleiman, Hamdan yakin ia tidak akan mampu berkuasa lama di Mesir karena dinilai sebagai antek Mubarak. "Kecuali bila militer melakukan kudeta dan menyatakan darurat militer, maka itu pemerintahan akan lain," prediksi Hamdan.
Hamdan memunculkan Amru Musa sebagai tokoh lain yang layak diperhitungkan. Amru Musa yang kini menjadi Ketua Liga Arab merupakan orang di tengah-tengah antara El Baradei yang kurang mengakar dan Suleiman yang akrab dengan rezim Mubarak. Musa yang pernah menjadi Menlu Mesir itu mempunyai dukungan yang baik di dunia internasional.
"Dia itu cukup berhasil dalam kepemimpinan di Liga Arab. Secara regional, dia lebih dikenal dibandingkan Suleiman, di dunia barat juga dikenal. Jadi dia itu di antara Suleiman dan El Baradei. Dia di tengah-tengah. Tapi munculnya dia tergantung negosiasi yang sekarang tampaknya masih dilakukan kalangan elit Mesir," demikian Hamdan.
(zal/iy)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar